Penanganan Komprehensif

Stroke Handling & Terapi Pasca Stroke konsep Bobath

Jumat, 18 Juli 2014

Tentang Sistem Saraf Manusia

Sistem saraf merupakan salah satu sistem kontrol informasi dari tubuh. Sistem ini adalah jaringan proses yang kompleks yang menerima, menafsirkan dan merespon data dari lingkungan eksternal dan internal. Spesies yang berbeda memiliki perbedaan yang signifikan dalam sistem saraf mereka, sehingga pembahasan akan terbatas pada sistem saraf manusia.

Fungsi
Sistem saraf menerima informasi tentang dunia ini dari sejumlah reseptor khusus seluruh tubuh. Sensor ini menerima data dalam bentuk suara, suhu, tekanan, rasa, bau, rangsangan visual, cahaya dan banyak lagi. Data ini kemudian ditransmisikan ke sistem saraf pusat di mana ia cepat ditafsirkan, respons yang tepat terhadap rangsangan ditentukan dan respon terhadap rangsangan dikirim kembali ke sistem saraf perifer.

Sebagai contoh, jika panas berlebihan terdeteksi sensor sistem saraf menerima informasi ini, kirimkan ke otak yang cepat menceritakan dalam tubuh dan membantu dalam mengendalikan pH tubuh dan konsentrasi oksigen antara lain.

Fitur
Sistem saraf manusia dibagi menjadi dua bagian – sistem saraf pusat (SSP), terbuat dari otak dan sumsum tulang belakang, dan sistem saraf perifer (PNS), yaitu setiap jaringan luar saraf dari SSP termasuk neuron sensorik dan saraf . Para PNS lebih lanjut diklasifikasikan berdasarkan fungsi ke dalam sistem saraf parasimpatis dan sistem saraf simpatik.

Pertimbangan
Sistem saraf somatik terdiri dari saraf dan sensor bertanggung jawab atas semua tindakan ssadar dalam tubuh seperti gerakan otot. Sistem saraf otonom menjaga keseimbangan dalam tubuh dengan mengontrol sejumlah fungsi seperti pernapasan, denyut jantung, suhu dan pencernaan. Sistem saraf otonom terdiri dari sensor motorik dan sensorik yang bekerja sama dengan sistem endokrin untuk menjaga keseimbangan dalam lingkungan yang terus berubah. Sistem otonom juga bertanggung jawab untuk apa yang dikenal sebagai tubuh “melawan atau lari” respon terhadap bahaya.

Makna
Sistem saraf manusia sangat rumit dan ilmu pengetahuan modern baru saja mulai memahami beberapa kerumitan. Otak, misalnya, memiliki fungsi yang jauh lebih dari sekedar menerima dan mengolah data. Ini adalah pusat dari perilaku manusia, pikiran, memori, pembelajaran, mimpi dan emosi. Segala sesuatu yang kita tahu tentang dunia dan semua cara kita menyikapinya berada pada satu titik diproses melalui beberapa bagian dari sistem saraf manusia.

(disadur dari berbagai sumber)

Rabu, 10 Oktober 2012

Terapi Bobath Fiso untuk Stroke


Metode Bobath pada awalnya memiliki konsep perlakuan yang didasarkan atas inhibisi aktivitas abnormal refleks (Inhibition of abnormal reflex activity) dan pembelajaran kembali gerak normal (The relearning of normal movement), melalui penanganan manual dan fasilitasi.
Konsep Bobath Terkini
Dengan perkembangan ilmu dan teknologi, maka konsep Bobath juga mengalami perkembangan dimana menggunakan pendekatan problem solving dengan cara pemeriksaan dan tindakan secara individual yang diarahkan pada tonus, gerak dan fungsi akibat lesi pada sistem saraf pusat.
Tujuan intervensi dengan metode Bobath adalah optomalisasi fungsi dengan peningkatan kontrol postural dan gerakan selektif melalui fasilitasi, sebagaimana yang dinyatakan oleh IBITA tahun1995.
“The goal of treatment is to optimize function by improving postural control and selective movement through facilitation.” (IBITA 1995
Tujuan yang akan dicapai dengan konsep Bobat:
  1. Melakukan identifikasi pada area-area spesifik otot-otot antigravitasi yang mengalami penurunan tonus.
  2. Meningkatkan kemampuan input proprioceptive.
  3. Melakukan identifkasi tentang gangguan fungsi setiap individu dan mampu melakukan aktivitas fungsi yang efisien “Normal”.
Fasilitasi specific motor activity .
  • Minimalisasi gerakan kompensasi sebagai reaksi dari gangguan gerak.
  • Mengidentifikasi kapan dan bagaimana gerakan menjadi lebih efektif.
Analisa tentang gerak normal (normal movement) menjadi dasar utama penerapan aplikasi metode ini. Dengan pemahaman gerak normal, maka setiap fisioterapis akan mampu melakukan identifikasi problematik gerak kepada setiap pasien/klien atas penyimpangan gerak akibat gangguan system saraf pusat.
Akibat adanya gangguan sistem saraf pusat (SSP) akan mengakibatkan abnormal tonus postural, dari abnormal tonus postural tersebut melahirkan gangguan atau abnormalitas pada umpan balik sensoris yang akhirnya memunculkan kompensasi gerak. Pada aktifitas gerak, maka tonus otot postural akan sangat menentukan efektifitas dan efesiensi gerak yang akan dihasilkan

sumber: infostroke.wordpress.com

Stroke Serangan Mendadak Penyebab Kematian (Kenali & Tangani)

Penyakit yang satu ini memberikan dampak kecacatan dan kematian pada peringkat teratas, dan pada saat ini dikenal sebagai momok menakutkan, tentu tiada lain dan tiada bukan adalah Stroke. Kondisi serangan mendadak pada otak (brain attack) adalah ciri khasnya. Tentu hal ini menjadi teramat penting untuk diwaspadai, mengingat dampak lanjutan yang ditimbulkan. Tidak terkecuali siapapun, dapat menjadi sasaran penyakit ini. Karenanya, kali ini Tim Redaksi melakukan wawancara dengan dr S Saunderajen, SpS, Msi, Med -Spesialis Saraf di RS Meilia Cibubur mengenai hal tersebut. Simak hasil diskusinya mengenai Stroke berikut ini:

Apa itu Stroke dan penjelasan singkatnya?

Kondisi stroke adalah situasi dimana terjadi timbulnya defisit neurologik yang mendadak sebagai akibat dari adanya gangguan peredaran darah otak. Problem ini terkait dengan terganggunya kebutuhan untuk penyediaan darah ke otak yang menyebabkan kematian sel otak karena distribusi oksigen dan glukosa tidak dapat didistribusikan ke otak.

Bagaimana kondisi defisit Neurologik itu dirasakan?

Berkenaan dengan apa yang dirasakan oleh penderita, hal ini dapat dibagi menjadi 3 bagian yang saling berkait, diantaranya dalam fungsi motorik, fungsi sensibilitas dan keseimbangan. Dalam penjelasan yang sederhana untuk fungsi keseimbangan terjadi penurunan kesadaran dalam waktu sekejap dan dapat berujung pada kondisi koma.

Sedangkan dampaknya pada fungsi motorik terbentuk dalam wujud kelumpuhan, dimana gejala yang paling awal disadari oleh pasien adalah kelumpuhan separuh badan, wajah yang tidak simetris dan kesulitan dalam berbicara secara jelas. Pada sisi lain, untuk fungsi sensibilitas ada situasi seperti mati rasa, baal (kulit serasa tebal), pingsan (black out) hingga terjadinya kebutaan.

Apa yang menyebabkan Stroke dan defisit Neurologik itu terjadi?

Secara umum, hal tersebut dikarenakan adanya perubahan pada pembuluh darah, atau dikenal sebagai aterosklerosis. Hal ini membuat gangguan pada sistem peredaran darah ke otak, dimana terdapat 2 jenis kategori yaitu Stroke Non Hemoragik (terdapat sumbatan) maupun Stroke Hemoragik (pendarahan) dengan lokasi yang terdapat pada fungsi otak secara keseluruhan.

Terdapat berapa Tingkatan dari Serangan Stroke?

Sebagaimana fase perjalanan penyakit Stroke, maka terdapat tingkatan dari serangan sementara hingga permanent. Dimulai dengan TIA (Transient Ischemic Attack) dimana kondisi defisik neurologik akan menghilang dalam waktu kurang dari 24 jam. Kemudian dapat berupa RIND (Reversible Insufficiency Neurological Deficits) yang umumnya akan menghilang dalam waktu 14 hari (2 minggu). Sampai pada puncaknya adalah Completed Stroke dengan dampak yang bersifat menetap.

Apa yang menjadi pemicu dan faktor resiko dari Stroke?

Banyak hal, namun biasanya digolongkan menjadi 2 bagian besar yakni faktor resiko yang tak dapat dimodifikasi seperti usia, jenis kelamin, ras atau etnik sedangkan faktor resiko yang dapat dimodifikasi antara lain adalah: Hipertensi, Penyakit Jantung, Diabetes Melitus, Hiperkolesterolemia, merokok, alkoholik, pengunaan narkotika, kegemukan berlebihan (obesitas).

Khusus untuk Jantung, disamping penyakit jantung koroner yang dapat menjadi faktor resiko dari Stroke adalah problem gangguan irama jantung, gangguan katup jantunjg dan gagal jantung.

Seberapa besar faktor resiko tersebut menjadi pemicu dan penyebab Stroke?

Untuk hal tersebut perlu dipahami dalam korelasi yang ilmiah berdasarkan hasil penelitian, dan dapat diterangkan seperti ini: bila Anda merokok maka nilai faktor resiko relatif atas potensi Stroke adalah 2x, sedangkan bila memilik problem Diabetes maka resiko relatif berkisar 2-4x, bila terdapat problem Hipertensi maka nilai resiko relatif bertambah menjadi 6x dan pada akhirnya bila pernah menderita Stroke sebelumnya maka nilai resiko realtifnya berkali lipat menjadi 10x.

Dengan begitu maka yang harus dimaknai adalah penanganan atas Stroke perlu dilakukan secara komprehensif, agar dapat mengatasi masalah terkait lainnya yang menjadi sumber penyebab terjadinya Stroke.

Kiranya sebaiknya pencegahan yang dilakukan seperti apa?

Tidak terdapat hal yang spesifik dalam pencegahannya, namun yang terpenting adalah melakukan penguasaan atas faktor resiko atau dikenal sebagai istilah Primary and Secondary Prevention. Hal ini termasuk diantaranya perubahan gaya hidup yang sehat, perbaikan mental dari stress serta tentu pengobatan medis.

Apakah masih terdapat harapan dari Resiko Stroke?

Yang perlu dipahami adalah stroke bisa terjadi kapan saja, namun yang perlu kita lakukan adalah menghindari faktor resiko yang menjadi pemicu dan penyebab. Oleh karena itu disebutkan bahwa mencegah stroke adalah berfokus pada pencegahan terjadinya.

Nah, pemahaman akan stroke beserta dengan resikonya tentu menjadi sebuah modal dasar untuk bertekad dalam mencegah. Disamping itu perlu ada lingkungan yang mendukung, seoerti perhatian terhadap penderita maupun tetap memberikan semangat setelah serangan stroke terjadi.

Bagaimana gaya hidup Sehat dapat diterapkan?

Tentu dengan menerapkan pola makan yang sehat, berhenti merokok maupun konsumsi alkohol serta narkoba, kemudian lakukan olahraga teratur dan hindari kecemasan. Dalam bahasa yang sangat sederhana kita perlu mengingat POIN yakni P: Pikiran tenang, O: Olahraga teratur, I: Istirahat cukup, N: Nutrisi seimbang. Dengan demikian, kita telah mereduksi potensi resiko Stroke melalui kebiasaan sehat.


Jumat, 24 Juni 2011

Stroke dan Jenisnya



Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian otak tiba-tiba terganggu. Dalam jaringan otak, kurangnya aliran darah menyebabkan serangkaian reaksi biokimia, yang dapat merusakkan atau mematikan sel-sel saraf di otak. Kematian jaringan otak dapat menyebabkan hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh jaringan itu.
Stroke adalah penyebab kematian yang ketiga di Amerika Serikat dan banyak negara industri di Eropa (Jauch, 2005). Bila dapat diselamatkan, kadang-kadang penderita mengalami kelumpuhan pada anggota badannya, hilangnya sebagian ingatan atau kemampuan bicaranya. Beberapa tahun belakangan ini makin populer istilah serangan otak. Istilah ini berpadanan dengan istilah yang sudah dikenal luas, "serangan jantung". strok terjadi karena cabang pembuluh darah terhambat oleh emboli. Emboli bisa berupa kolesterol atau udara.

Stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu strok iskemik maupun strok hemorragik. Pada strok iskemik, aliran darah ke otak terhenti karena aterosklerosis (penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh darah) atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah ke otak. Hampir sebagian besar pasien atau sebesar 83% mengalami strok jenis ini.

Stroke hemorragik
Pada strok hemorragik, pembuluh darah pecah sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan merusaknya. Hampir 70 persen kasus strok hemorrhagik terjadi pada penderita hipertensi.

Stroke iskemik
Pada strok iskemik, penyumbatan bisa terjadi di sepanjang jalur pembuluh darah arteri yang menuju ke otak. Darah ke otak disuplai oleh dua arteria karotis interna dan dua arteri vertebralis. Arteri-arteri ini merupakan cabang dari lengkung aorta jantung (arcus aorta).